Dalam
kehidupan yang kita jalani, terkadang kita tidak mendapatkan apa yang kita
harapkan. Suasana , keadaan dan hal-hal yang kita harapkan malah menghilang dan
menjauh. Seperti apa yang aku rasakan saat ini, terkadang begitu penat
menjalani ini, tak berujung seolah selalu dalam situasi yang sama dan membuat
hari-hari semakin jenuh.
Wajah
yang nampak di luar terlihat tanpa beban, bahkan beberapa menyangka bahwa
dengan keadaan yang aku jalani ini mereka bilang “ di usia seperti ini aku seperti orang yang gak mikir untuk melangkah ke
arah yang lebih baik atau menjalin hubungan yang serius lalu menikah!”
Jika
boleh jujur hati tetap lah sama seperti mereka menjerit dalam kesulitan,
menangis dalam keheningan dan tetap berdoa di kala yang lain terlelap tidur.
Selama ini aku hanya berusaha agar tetap semangat dan mampu menjalani kehidupan
yang kadang membuat sedih.
Usiaku
sudah tidak muda lagi, beberapa mengatakan bahwa aku perempuan tua. Ya
perempuan tua… apa yang mereka katakan sedikit banyak memang melukai perasaanku.
Tapi apa boleh buat, aku tak bisa melakukan apa-apa untuk merubah keadaan dalam
sekilas dan itu adalah hal yang sangat sulit.
Kerap
aku mengunjungi rumah sahabat hanya sekedar bersilaturhami atau kebetulan ada
suatu urusan, hati kadang sedih sekali dan berkata “ kapan aku seperti mereka? Memiliki suami dan anak, hidup berkeluarga
lebih baik daripada sendiri”.
Harapan
itu hanya aku panjatkan lewat doa, hanya doa yang bisa aku lakukan dan berusaha
mendapat keridhoanNya.
Pernah
suatu k etika, saat itu aku pulang kerja
dan di jalan berpapasan dengan teman SD sambil menggendong anaknya, lalu aku
sapa dan akupun tersenyum, tapi sedih sekali ketika dia berkata “ eh kemana aja? Kapan nikah? Kamu gak ada
kerjaan terus gagal gak jadi nikah?”. Hal yang mungkin menurut mereka
adalah perkataan yang sederhana namun mampu membuatku berfikir seharian,
apalagi mengingatkan tentang suatu kegagalan bukanlah hal yang menyenangkan.
Apakah ada wanita di dunia ini yang ingin pernikahannya gagal? Saya pikir
tidak, tapi aku yakin bukan hanya aku yang mengalami kegagalan di belahan bumi
banyak wanita perkasa yang kuat menghadapi kenyataan yang sama seperti apa yang
aku alami.
Pekerjaan
sedikit banyak membuatku melupakan masa kesendirianku, bekerja sebagai pendidik
memang membutuhkan mental dan kesabaran yang extra. Anak-anak meski
kadang-kadang membuat pikiran lelah tapi kadang mereka juga bisa menghiburku
dengan kepolosannya
Tapi
ada kejadian yang selalu ku ingat hingga kini, sebagai pendidik aku percaya
setiap orang saling menjaga privasi dan rahasia rekannya. Itu yang selalu aku
usahakan bahwa saling menghargai dalam lingkungan pendidikan itu hal yang
utama. Aku menjadi tenaga pendidik di tiga sekolah, tempat yang paling nyaman
diantaranya ada di dua sekolah. Dan satu sekolah di antara ketiga sekolah
tersebut ada hal yang membuatku kurang nyaman. Selalu saja ada orang yang usil,
salah satu rekanku mengatakan umurku yang sudah tak muda lagi dan bilang ke
anak-anak dan itu dia katakan tepat di depan wajahku sendiri hingga akhirnya
salah satu anak berkata “ ibu kenapa
belum menikah? Ibu kan yang paling tua di antara guru-guru yang lain?” aku
hanya tersenyum dan tak menjawab. Memang pertanyaannya sedikit banyak melukai
hatiku, tapi aku memakluminya karena dia masih polos dan berkata bukan maksud
yang lain. Rekanku memang aneh, kadang aku merasa kurang suka dengan sikap
rianya dan merasa paling wah. Tapi sudahlah itu memang urusannya, apapun yang
ia katakan jika memang itu mampu membuatnya merasa menang aku tak akan
meruntuhkan kemenangannnya, anggap saja ini adalah kemenangannya karena merasa
berhasil membuat saya sedih. Tapi sebenarnya saya disini belajar banyak,
belajar memahami karakter. Bukan hanya karakter anak yang aku pelajari, tapi
karakter rekan ku pun aku mencoba mempelajarinya. Memang ada sedikit ketidak
nyamanan tapi sudahlah , aku tak mau merasa kalah dengan apa yang telah di
perbuatnya. Anggap saja ini hanya angin lalu yang suatu saat nanti akan
berlalu.
Namun,
hal ini ternyata membuat aku terus berfikir. Kenapa hingga saat ini yang aku
alami hanya gagal, gagal dan gagal. Hingga akhirnya aku mencoba mengevaluasi
diri aku. Dan kadang aku menyerah merasa sudahlah nanti pasti ada peghujung
penantian.
Kadang
begitu sangat mudah nya seseorang berkata tanpa berfikir apakah ini mampu
melukai perasaan seseorang ataupun tidak? Kadang bukan hanya teman dan saudara
yang bertanya kapan nikah? Tapi tetangga pun ikut bertanya tentang pertanyaan
yang aku sendiri tidak tahu kapan hal tersebut akan terjadi.
Kondisi
tubuhku tidak sebagus masa muda, bahkan badanku terlalu over untuk saat ini,
aku bingung aku pun merasa tak pantas untuk siapapun , mengingat aku memiliki
segudang bahkan lebih kekurangan yang aku miliki. Kadang aku berfikir apakah
akan ada orang yang mau menerima sejuta kekuranganku dengan kelebihan yang
masih bisa di hitung dengan hitungan jari?
Dulu
aku ingat sekali, merasa menyesal menyia-nyiakan masa mudaku percaya pada satu
orang yang aku anggap saudara. Janji-janjinya , omongannya hingga aku rela
melepaskan beberapa orang yang mengajakku serius dengan alasan aku tak tega
meninggalkan yang selama ini aku anggap saudara (sahabat).
Dia
selalu mengatakan “jangan pernah
tinggalkan aku, aku tak sanggup hidup tanpa kamu. Berjanjilah kamu tak akan
menikah, maka akupun tak akan menikah hingga tua” waktu 7 tahun bukanlah
waktu yang singkat, apalagi persahabatan kita di mulai di bangku kuliah,
berjuang bersama dan mengikuti beberapa tes pekerjaan bersama. Bagaimana bisa
aku berfikiran buruk tentang sahabatku, yang selama ini aku pikir aku
mengenalnya dengan baik. Aku selalu percaya apa yang dikatakannya adalah tulus
dan benar. Aku korbankan semua kebahagiaanku dan berusaha membahagiakannya.
Dulu memang tak ada kebohongan saat masih muda, hingga akhirnya aku tahu
tentang kenyataan pahit. Suatu ketika dia mengirimku kabar bahwa dia akan
segera menikah. Bagaimana aku tidak kecewa?? Dia melarangku untuk tidak
menikah, menjauhi semua laki-laki yang berusaha mendekatiku….sementara dia
sahabatku akan segera menikah dengan gadis yang aku sendiri tidak pernah
melihatnya. Saat itu aku merasa di curangi, aku merasa di bohongi. Aku
korbankan kebahagiaanku hanya untuk memenuhi janji palsu dan kebohongannya.
Mulutnya terlalu manis, entah kenapa aku mampu menjalani apa yang dia mau.
Kecewa bukan karena terbakar api cemburu tapi kecewa dengan semua yang telah ia
lakukan, aku hanya tak menyangka sahabat yang selama ini aku bela mati-matian
tega bermain curang di belakangku. Untuk sesaat aku menjauh…mencoba meredam
rasa kecewa dan sakitku. Aku saat itu sulit di hubungi aku sering mematikan
handphone ku berharap tak mendapat kabar darinya. Hingga ia mnegirim pesan “ kamu berubah, ada apa denganmu? Dasar
tolol selama ini kita hanya bersahabat. Apa kamu cemburu karena aku akan
menikah?”
Perkataanya
seperti orang amnesia, selama ini ia selalu berusaha mengagalkan hubunganku
dengan pria yang srius yang saat itu mengajakku menikah, menggagalkan sebuah
hubungan yang saat itu mencoba aku jalin dengan yang lain.
Hatiku
sedih sekali, kecewa dengan kecurangan yang ia lakukan, entah dia ingat atau
tidak tentang apa yang ia katakan. Tapi saat ini aku hanya sebatas kecewa dan
enggan sekali bertemu dengannya.
Dengan
semua kebohongannya , perkataanya. Dia sering mengatakan hal yang menyakitkan
saat kita berdebat atau adu mulut karena beda pendapat. Emosinya selalu
meledak, saat itu aku masih bisa menerimanya dan dalam beberapa hari kita akur
kembali.
Tapi
aku sadar apa yang telah kamu perbuat sahabat….
Jika
aku boleh berkata saat ini, aku ingin mengatakan betapa aku kecewa dengan
sikapmu yang seolah lupa akan semua janjimu. Aku sedih … kamu yang selalu
mengatakan .”jangan menikah?? Bagaimana
denganku jika kamu menikah? Jangan tinggalkan aku sendiri, kamu satu-satunya
temanku” perkataan yang sering kamu katakan dan kenyataanya kamu sendiri
yang akan menikah. Jika dulu aku membatalkannya demi menemanimu dan tak sanggup
mendengar apa yang kamu katakan dan membuat hatiku sedih, aku yakin sedikitpun
kamu tak akan pernah peduli dengan keadaanku jika kamu berada di posisiku.
Terbukti dengan hal ini yang seolah kamu lupa apa yang telah kamu katakan.
Kamu
berjalan di atas kecuranganmu, mestinya kamu tak lakukan itu. Kenapa selama ini
kamu menghalangi ku..dan berjalan seolah tak peduli dengan ku.
Aku
belajar meski ternyata memang sahabat, tak selamanya bisa setia dan tulus
tentang semua yang di katakannya, ada saat nya mereka hilap…lupa dengan apa
yang mereka perbuat. Sudahlah aku saat ini hanya berusaha melupakan apa yang
kamu perbuat, jika memang kamu tak sadar
dengan apa yang kamu katakan, atau malah pura-pura lupa aku berusaha untuk
tidak memperdulikan semua janjimu lagi. Atau mungkin dulu kamu mengatakan ini
hanya sebatas bercanda. Tapi aku?? Tak berfikir demikian….
Mungkin
semua kegagalan karena aku sendiri yang menyia-nyiakan orang yang serius dan
tulus dalam menjalani sebuah hubungan. Hanya saja saat itu aku lebih berfikir
bahwa sahabat lebih berharga di bandingkan yang lain, aku pikir bahwa semua nya
tidak akan seperti ini. Entah kenapa kata-katannya mampu membiusku.
Tapi
aku hanya sebatas kecewa dengan semua kecurangannya, tapi dia juga dulu adalah
orang yang baik orang yang tulus gak pernah ada kebohongan, jika saat ini dia
melakukan ini aku faham, mungkin dia takut jika aku menikah sementara dia
sendiri, sendiri tak ada teman yang bisa d ajak curhat, atau takut sekedar tak
ada teman yang mengisi kekosongan…
Tak
ada satu kejadian tanpa rencana dari Sang Maha Kuasa, semua telah di atur
sedemikian rupa dan serinci mungkin. Aku hanya manusia biasa, belajar menerima
kekecewaan, kegagalan dan kesedihan. Tapi yang paling penting di sini Allah
mengajarkanku agar aku belajar memaafkan, belajar bersabar dan belajar untuk
tidak putus asa.
Aku
percaya di balik ini semua pasti ada hikmah besar di dalamnya, semoga Allah
mempertemukanku dengan orang yang tulus dan jujur, dan memaafkanku karena
pernah menyia-nyiakan mereka yang pernah serius denganku.
Sahabatku…
jika kau anggap aku berbeda menjauh dan dingin…bukan karena cemburu, tapi hanya
kecewa dengan semua kecuranganmu. Dan berharap aku bisa melupakan apa yang
telah kamu perbuat dan melupakan semua yang kamu katakan.
Aku
tak pernah sanggup meninggalkanmu dalam keadaan sendiri, aku tak pernah tega
melihatmu menahanku dan bilang jangan pergi….tapi aku belajar darimu jika kamu
sanggup dan tega , maka akupun akan belajar tak peduli dengan semua keadaan
ini. Aku akan belajar sama sepertimu…aku tak penting dan aku tak berharga, maka
aku akan menempatkanmu di tempat yang tak lagi utama bagiku.
Berusaha
melupakan kecurangan mu sulit setelah sekian lama kita bersama, saling berjanji
dan saling menjaga. Tapi kejarlah yang menjadi tujuan dan kebahagiaanmu
sahabat….maaf aku bukan sahabat terbaik bagimu, ini aku tahu dari sikap curang yang
telah kamu lakukan.
Aku
bukan orang yang bisa kamu dengar, aku buka orang yang bisa kamu lihat dan aku
bukan orang yang bisa kamu hargai. Karena kamu telah menyia-nyiakan waktu dan
kepercayaanku. Kamu telah mempermainkan kehidupanku, kamu telah curang. Dan
kamu berhasil membuatku kecewa…kelak semoga kamu sadar, untuk berjalan tak
harus curangi yang lain…aku tahu tak ada satupun manusia yang tak luput dari
hilap…selamat semoga semuanya lancar. Doakan aku agar aku bisa menerima semua
kecuranganmu…