Anak-anak adalah harta yang paling berharga, buah cinta
yang terlahir karena harapan dan impian dari kedua orang tuanya. Tapi terkadang
perjalanan menuntun si buah hati pada kenyataan yang tidak hanya manis namun
pahit. Dan ini sering terjadi, pada sebagian anak yang mungkin hidup di antara
kita. Mereka di hadapakan pada kenyataan berat yang sulit mereka terima.
Saat itu datang seorang sahabat hanya untuk mencurahkan
isi hatinya, dia mengatakan “ kepala saya
pusing apa yang harus saya lakukan, ketika anak saya menjadi seorang
pembangkang dan saat ini dia mendapati hukuman di asrama”. Lalu saya
terdiam sejenak berfikir sebuah jawaban yang mungkin bisa menjadi sebuah
jawaban yang mendasari pada penyebab kenapa si anak menjadi pembangkang. Lalu saya
memutar ulang waktu mengingat kembali memori di saat saya duduk di bangku SMP,
saya pun mengalami hal yang sama, senang main melawan pada orang tua merasa
diri paling benar. Lalu saya tarik kesimpulan dan mengatakan “mba yang sabar, rata-rata anak remaja
seusia itu memang senang membangkang karena diri merasa benar mungkin sedang
masa perlaihan mba, mba yang sabar terus pantau dia terus didik dia dengan
kelembutan mba” lalu sahabat saya mengatakan “ tapi dia tidak pernah faham selalu melanggar aturan, kayanya harus di
tampar saja, nakal”. Lalu saya mengatakan “jangan mba, segitu anak mba gak nakal mba”. Karena saya tahu Rinda memang
salah satu korban perceraian dari pernikahan Mba Korin dengan suami pertamanya.
Lalu saya teringat dengan keponakan saya yang senang membangkang, senang sekali
marah-marah dan kelakuannya gak karuan. Lalu saya mengatakan” mba kasus Rinda sama keponakan saya sama,
suka sekali membangkang masalahnya itu anak ada beban, dia tertekan selama
bertahun-tahun atas kejadian yang membuat dia merasa berbeda dengan anak yang
lainnya, mba keponakan saya juga seperti itu. Malah selalu mengatakan mati itu
indah daripada hidup gak di sayang, tapi saat ini sudah tidak terlalu seperti
itu, sekarang dia berubah karena perhatian yang extra dari kami keluarganya. Ibunya
sibuk kerja ayahnya entah kemana gak ada kabar, nah Rinda juga gitu. Nakal salah
satu cara untuk mendapat perhatian mba, dengan cara itu mba disibukan olehnya,
mba datang ke asrama dan Rinda bisa melihat mba. Jikapun dia marah-marah itu
ada emosi yang tertahan yang tak bisa ia ungkapkan selama ini. Di seperti itu
hanya ingin di anggap ada, mendapat perhatian”. Lalu mba Korin menjawab “mungkin iya, saya jadi sedih kenapa seperti
itu”
Karena mba Korin masih menganggap Rinda nakal, maka saya
ceritakan hal-hal yang mungkin sedikit saya fahami dari pengalaman orang lain. Lalu
saya ceritakan saja secara detail tentang kisah teman-teman saya yang memang
bernasib seperti Rinda. Dahulu ada teman saya, dia satu kelas dengan saya. Bahkan
di kelas satu SMP dia terkenal anak cewek yang paling nakal. Kerjaannya berkelahi
dengan anak sekolah tetangga hanya memperebutkan cowok, dan itu gak keren. Suatu
ketika saya pernah lewat jalan gang kecil dekat kelas saya, saat itu saya habis
jajan dengan Sinta, lalu saya kaget melihat Fani sedang berciuman dengan Sendi.
Aku terdiam ketakutan masalahnya saya takut di tuduh sengaja dan mengganngu,
Fani galak sekali saya takut dia marah. Lalu saya mengatakan “ maaf saya tidak sengaja, permisi” aku
dan Sinta kaget bukan main ketika Fani bilang “ tunggu, gimana?? Aku serasikan ma Sendi?” kami merasa lega hanya
itu yang dia katakan, kami pikir dia akan marah karena kami mengganggu mereka. Lalu
saya mengatakan “ cocok banget, kalian
sama-sama tinggi cocok sekali”. Hal yang mungkin terjadi pada setiap anak
yang merasa terbuang dalam keluarga yang di anggap nya gagal dan berbeda. Suatu
hari Fani pernah tidak masuk sekolah dan yang terjadi adalah dia selalu mencoba
bunuh diri karena tekanan yang di alaminya. Bahkan Fani pun saat itu mungkin
tidak tahu cara bagaimana menghilangkan luka, yang terukir jelas di hidupnya
akibat perceraian kedua orang tuanya. Merasa terabaikan, merasa terbuang,
merasa tak di sayangi dan merasa berbeda adalah hal yang selalu menghantui anak
seperti itu. Fani dahulu anak yang berprestasi saat duduk di bangku SD, namun
karena tekanan itu dia berubah menjadi anak yang liar, malas dan tak punya
tujuan hidup. Bukan hanya Fani anak yang menjadi korban dari perceraian orang
tua, di kelas saya juga tepatnya teman sebangku Fani yaitu Kiki sama dia adalah
salah satu korban perceraian juga. Bahkan dia lebih liar dan beringas, dia pernah
menampar teman saya Ricky karena salah faham, hobinya berkelahi dengan kakak
kelas. Mengatakan bahwa pacaran dan memberikan kepuasan pada pacar adalah hal
yang membanggakan. Dan itu mereka memang salah, tapi kesalahan yang mereka buat
bukan atas kemauan mereka. Mereka nakal hanya mencari bahagia yang hilang dalam
dirinya, mencari orang yang di anggapnya mampu memberi kebahagiaan membuatnya
lebih berarti tapi cara mereka salah terkadang terjerumus pada sex bebas dan
obat terlarang, Fani senang sekali
melakukan hubungan sex bahkan tanpa rasa malu dia ceritakan pada kami sebagai
kisah yang di anggapnya menarik, dan Kiki pecandu obat-obatan terlarang. Guru kami
tidak ada yang tau yang dilakukan Kiki dan Fani. Anak seperti itu butuh
kesabaran yang extra, perhatian yang extra, kasih sayang yang extra, dan
bimbingan khusus yang extra. Bukan dengan kekerasan mendampingi mereka, bukan
dengan amarah mendidik mereka. Jelas hati mereka pilu, apa tega di tambah
dengan sikap kasar salah satu dari orang tua mereka yang mengurusnya. Mereka tidak
bisa di katakan gagal, mereka tidak bisa di katakan benar atau salah, mereka
hanya salah satu korban dari kehidupan berat yang belum siap mereka terima.
Saat itu mba Kori langsung terdiam, dan mengatakan “ amit-amit anak saya jangan seperti itu. Aku
harus sering mengunjungi nya di asarama” lalu saya mengatakan “ya mba buat hidup dia lebih berarti buat dia
merasa berharga, agar punya harapan dan tujuan hidup”.
Saya memang melihat Fani dan Kiki saja saat Smp kasihan
meski takut dengan mereka, inilah hidup berat yang harus mereka hadapi. Peran orang
tua sangat bertanggung jawab untuk membimbing langkahnya agar meraih impian nya
dan dapat menjalani hidupnya, bukan menyalahkan anak kenapa nakal???? Apa maunya???
Harus di hukum atau bagaimana. Tapi pelajari dahulu sebabnya, pelajari
dampaknya, fahami dulu isi hatinya. Selami pikirannya, baru anda dapat
mengambil kesimpulan dan mengetahui hal apa yang harus anda lakukan untuk buah
hati anda. hati-hati bagi anda para orang tua, bukan hanya kegagalan atau
perceraian yang dapat merubah anak anda menjadi seorang pembangkang, tapi kurang
nya perhatian orang tua yang sibuk bekerja akan memberikan dampak jenuh pada
anak, membuat anak malas hidup di antara anda.
mereka akan lari dan mencari hal yang membuat mereka menarik, dan ingat
bahaya pergaulan bebas mengintai anak anda. nah bagi anda lihat anak anda
dengan hati, jangan melihat anak anda apa yang hanya terlihat saja. Kenali gejalanya
sebabnya saat anak anda berubah menjadi pembangngkang, liar dan tak bisa di
atur. Mereka makhluk yang manis, anugerah Tuhan yang luar biasa, jangan biarkan
mereka salah arah, kegagalan anak adalah kegagalan orang tuanya. Bukan hanya
anak yang salah tapi peranan anda sebagai orang tua pun ikut salah dalam hal
ini. Jangan mudah menyalahkan anak. Sama-sama selami masalah ini pecahkan
dengan kasih sayang bukan dengan cara kasar.
Semoga kisah dan cerita ini dapat memberi wawasan bagi
anda para orang tua. Sayangi anak anda....fahami anak anda....buatlah mereka
merasa berharga agar punya tujuan hidup dan semangat hidup!!!
Salam cinta............. J
0 komentar:
Post a Comment