Saat itu, aku masih kuliah ..... aku
punya banyak teman dan sahabat. Ada yang istimewa selain mereka SILI.
Aku tak menyangka akan mendapatkan hal
lain selain mereka, dahulu aku selalu penasaran sahabat itu apa? aku bahkan
jalani hidupku itu biasa saja, tanpa berfikir bahwa aku mendapatkan hadiah dan
anugerah terbesar mendapat sahabat-sahabat yang
aku cintai.
Ini tentang sahabatku, ini ceritaku tapi
selain sili di tempatku mencari ilmu aku mendapatkan hadiah kembali dari Allah
SWT . ini mengasykan, namun memang semua melalui proses tak seperti biasanya.
Proses nya memang agak lama baru aku sadari bahwa dia sahabat yang selalu
peduli.
Berawal dari peraktek tentang berapa
banyak polusi yang di timbulkan oleh kendaraan . saat itu ada tugas kuliah, aku
dan kawan-kawan di tugaskan untuk menghitung volume kendaraan yang melewati
jalur bypas. Waktu itu pagi tentunya, aku dan teman-teman langsung ke lapangan.
Kita menghitung berapa banyak volume kendaraan saat itu, hingga tiba waktu untuk
sembahyang dzuhur, kita tidak tahu akan solat dimana, ternyata Kurnia temanku
mengajakku ke salah satu rumah di belakang pohon bambu di dekat lokasi kami
menghitung volume kendaraan. Ternyata itu rumah Husen , rumah teman kami satu
kelas, aku baru tahu kalo Husen tinggal di daerah yang lokasi nya gak jauh dari
rumahku(sejalur). Biasa saja hanya teman, saat itu kami sembahyang di kamar
kakaknya, wah peralatan kecantikannya banyak sekali, kamarnya pun agak luas di
banding kamar Husen, kami melihat
photo-pphoto keluarga Husen. Kakaknya cantik, apalagi ibunya. Rumahnya bersih
penuh dengan hiasan bunga pelastik. Hanya ikut sembahyang saja, saat itu kami
kembali ke lokasi. Hampir sore saat itu, teman-teman satu team sebagian pulang
karena lokasi rumah yang jauh. Tersisalah aku dan Diana. Disana kami tinggal
berdua, Husen mneghampiri kami, membawakan kami minum. Aku gak nyangka dia baik
juga, ya baik sekali. Disana kami di lokasi menjadi bertiga, yah sore banget
rasanya lapar sekali, sore itu Husen hendak pergi ke terminal untuk menjemput kakaknya
pulang dari kota hujan, “ kalian lapar tidak?? Aku aka membawakan kalian nasi
dan minum, nanti kalian makan ya??” aku pikir sih bercanda, tapi apa mungkin
kita makan di pinggir jalan sambil menghitung volume kendaraan. Aku dan Diana bilang
kita minta oleh-oleh saja apa aja boleh ketika itu, kami pikir dia bercanda.
Malah sebelum dia pergi dia membawakan dulu gorengan dan kembali
mengantarkannya pada kami. Lalu dia pamit pergi untuk menjemput kakaknya. Aku
dan Diana sama sekali tidak dekat dengan Husen. Malah aku lebih bodoh tak
pernah perhatikan adanya sosok itu, aku tau dia satu kelas, tapi sama sekali tidak
tau kalo rumah dia dekat dengan rumahku. Yah aku dan Diana merasa bersukur
sekali kami tertolong dan tidak kelaparan, tak ada yang istimewa semua masih
terasa normal. Namun hal baru aku dapat ternyata sosok itu baik sekali, bahkan
aku dan Diana memuji Husen yang kami anggap biasa saja. Itu awal aku mengenal
sosok itu, sebenarnya jika di urut aku pernah satu angkot pulang KKL dari
Purwokerto kami minta diturunkan di pusat kota mencari angkot untuk kembali
menuju ke rumah masing-masing. Tapi yang aku perhatikan hanya Dra saja tanpa
peduli sosok itu, aku baru ingat bahwa orang itu ternyata Husen, di angkot
tengah malam-malam bertiga menuju rumah. Tapi yang aku kenal Cuma Dra doank.
Di kampus, tingkat 3 sudah di bagi
kelompok untuk PPL di setiap sekolah yang telah di tempatkan, kebetulan aku di
tempatkan bersama Hasna di (SMA) MAN di kota kami. Wah saat itu saat yang
paling pusing sekali, aku harus menyiapkan segala nya untuk pertempuran
mengajar. Dan pengajuan judul pun di mulai, setiap pulang mengajar kami
membiasakan diri main ke toko buku untuk membeli sumber-sumber yang bisa kita
ambil untuk pengajuan judul skripsi kami. Saat itu di kampus Husen bertanya
punya buku apa saja yang aku punya, dan dia meminjam salah satu buku yang
mengulas tentang peserta didik. Keesokan harinya sehabis pulang mengajar aku
dan Hasna di jemput Teh Nur kita di bonceng naik motor, terdengar suara
memanggil namaku ternyata Husen mengejar motor kami, aku lupa dia kan pinjam
buku. Kami berhenti dan aku berikan bukunya. Sibuk sekali saat itu, aktivitas
menggunung di tambah kami harus mendapatkan buku yang banyak untuk sumber tugas
kita pengajuan, penelitian, persiapan mengajar. Waktu kami terkuras habis, saat
itu ada teori belajar terbaru yang harus segera kami temukan buku karangan
Martinis Yamin, kami semua pergi ke toko buku gak ada sudah kehabisan. Aku dan
Husen pergi ke toko buku berdua di dekat pasar tradisional ada toko buku kecil
yang bisa kami pesan. Saat itu aku punya hubungan khusus dengan seorang pria,
rumahnya tepat di belakang pasar. Saat pergi bersama Husen aku takut sekali ada
dia lewat nanti salah faham. Untunglah semua baik-baik saja, karena pesanan buku yang akan kami beli sudah selesai
kami pulang dan pedagang itu akan menghubungi kami dalam waktu 3 hari. Saat itu
aku ada janji sama Royani untuk ketemuan di tempat makan dan ngobrol
perkembangan buku-buku yang harus kami siapkan. Aku minta Husen mengantarku,
dia gak pulang dia ikut bergabung sama kami. Aku pikir setelah Husen
mengantarku akan pulang hehehhe ternyata bergabung.
Waktu tak terasa hingga tiba menyusun
sekripsi, waktu itu prinant ku macet gak jalan, aku harus minta tolong sama
siapa aku minta saudaraku dia tidak bisa dan menyerah, aku minta bantuan pada
Husen. Ternyata dia tidak keberatan dan membantuku, ternyata masalahnya
tintanya mulai mengering di cartige. Dia membereskannya dalam waktu singkat
luar biasa kenapa saudaraku lama sekali waktu itu. Ya memang , seringnya kami
bertemu untuk urusan tugas akhirnya aku merasa dekat seperti kedekatan aku
dengan Sili, dia main ke rumahku untuk menanyakan apa saja tentang tugas, tepat
saat itu aku dalam kondisi terpuruk. Di saat tugas menumpuk aku di putuskan
oleh orang yang waktu itu aku cintai. Aku ceritanya curhat sama Husen lama-lama
Husen nyaman untuk di ajak curhat dan dimintai pendapat. Gak kebayang kondisi
yang hampir saja memecahkan kepalaku aku bertemu dengan orang yang tepat
menjadi sahabatku, Husen dan Sili adalah sahabat terbaikku dan penyemangat
hidupku. Waktu terus berjalan, sebelum tidur Husen selalu mengucapkan hal-hal
yang membuat aku punya harapan untuk hidup. Rasanya tak terlalu berat ketika
itu walaupun aku dalam kondisi yang terpuruk saat itu. Yah yang membuatku merasa
nyaman bercerita pada Husen sikap dewasa dan penyabar nya dia dalam mendengar
ceritaku dan keluh kesahku tak pernah bosan memberi semangat, yah tiba saatnya
sidang skripsi waktu itu. Sebenarnya Husen pulang sore, aku pulang malam karna giliran
sidang yang agak terahir ketika itu. Aku gak nyangka Husen menunggu, aku pikir
aku mau menginap saja di kostan Teh Nur, yah kita mampir sebentar ke kostan Teh
Nur, kita pamit pada teman yang lainya lalu aku Husen dan Dra pulang bersama.
Aku memutuskan untuk di bonceng sama Dra karena arah rumah nya memang melewati
rumah aku, meski satu jalur Husen agak jauh dan gak lewat ke rumah aku meski
dekat. Sudah terasa dia seseorang yang baik. Pertemanan kami seperti saudara
saja ketika itu, dia tak pernah berhenti memberi dorongan dan motivasi. Bahkan
mengatakan hal yang konyol hanya untuk membuatku tertawa. Tak terbayang rasanya
jika saat itu aku tidak punya sahabat seperti dia, sementara konsentasriku
pecah karena ulah mantanku. Aku bersyukur punya sahabat sepeti Husen, memang aku
tak pernah menemukan orang seperti dia, istimewa. Jika tak ada dia, siapa yang
akan memberiku dorongan??? Siapa yang akan menghiburku dan myakinkanku. Ya,
Allah SWT memberiku sahabat terhebat untuk menguatkan aku. Lulus dan wisuda
itulah hal yang terindah yang kami rasakan setelah perjuangan yang indah.
Disini aku pertama kali menangis karena takut kehilangan Sili dan Husen, karena
aku takut tak akan bertemu mereka lagi. Ternyata aku salah aku masih memiliki
Husen dan Sili, memang wisuda adalah suatu kebanggan....tapi setelah itu bayangkan
jika kita dalam kondisi pengangguran gak kebayang jenuhnya hidup hubungan yang
kandas setelah bertahun-tahun hampir membuat aku gila. Tapi tentu saja tidak,
karena aku punya Husen dan Sili. Jadi pengacara(pengangguran banyak acara) membuat aku makin dekat dengan Husen, kita
main ke rumah Dra makan bareng sama Sili seru rasanya ketika itu, meski kami
seorang pengangguran. Anak-anak sili pulang semua tersisa aku, Husen dan Abdul,
saat semuanya pulang. Aku wanita sendiri di rumah Dra. Wow aku baru tau kalo
cowok itu tukang jailin cewek aku disana memperhatikan mereka, mereka yang
sedang asyk berbisnis cewek untuk jadi sasaran korban mereka, aku ingin tertawa
sebenarnya ini sungguhan??? Mantan Dra di embat sama Husen di jailin pula,
hanya Abdul yang tak tergoda ketika itu dan aku acungkan jempol buat Abdul.
Ternyata selain berbisnis tentang cewek mereka juga ngobrol yang menurut aku
ngocok perut. Gak terasa waktu udah hampir larut, kami (aku, Husen dan Abdul
)pulang. Aku di bonceng sama Husen, Husen orang nya senang mengobrol. Baru kali
ini aku main dari pagi pulang kemaleman. Wah wah wah, takut di marahin mama ni,
ternyata gak!!! Syukurlah, menganggur ya stres juga ya, Husen dan Dra sering
main ke rumah aku, kalo datang pagi pasti pulang nya magrib. Kami mengobrol tentang masa-masa kuliah, masa-masa kecil
seru waktu memang tak terasa. Mereka sering sekali main. Pengangguran membuat
aku dan Husen semakin hidup dalam keterpurukan kejenuhan melanda hebat,
sementara Dra sudah mulai mengajar. Sayang sekali aku dan Husen tidak mengajar
karena sering nya sekolah menolak dengan alasan tak ada guru honorer (tak ada
penerimaan). Ya ampun kami banting stir, kami malah mencari ke perusahaan
swasta. Ada acara penerimaan ni di kampus untuk karyawan Bank swasta ketika
itu, kami ikutan donk. Ya, ya, ya aku dapat tiket untuk mendapatkan kesempatan
mendapat pekerjaan itu, Husen gak dapet, aku pergi ke kota kembang sendiri
untuk mengikuti tes lebih lanjut, yah belum mulai aku udah ngundurin diri. Memang
dengan pernyataan yang menurut aku dan peserta lain keberatan. Aku kabarkan
pada Husen bahwa aku pulang dengan tangan kosong, ya ampun jadi pengangguran
itu hampir membuat kepala aku berakar, suatu hari Husen mengajakku untuk main
ke curug (air terjun) sama Dra dan dengan teman wanita Husen. Aku di bonceng
oleh Dra, Husen membonceng Rose ketika
itu. Dan lagi ada aja yang terjadi sama motornya Dra, ban kempes di jalan. Ya ampun
aku turun nunggu Dra ke tukang tambal ban. Yah Husen memboncengku untuk duduk
di tempat yang teduh sepertinya Rose keberatan. Gak apa-apa waktu itu aku
numpang dikit hehe jadi bertiga aja . nunggu Dra di warung lumayan lama,
perjalanan yang masih panjang sekali. Akhirnya Dra beres juga, Dra juga
sahabatku dia rela tak mengajar hanya untuk main bareng kita, inilah
istimewanya persahabatan, indah bukan?? Berkorban demi sahabat, tugas
terlalaikan hehhehe. Kita berdua pengangguran rontok rasanya harga diri kami
berdua belum memiliki pekerjaan, aku sih merasa seperti itu waktu main di
curug, jalanya jauh seperti ninja hatori melewati gunung mengarungi lembah kaya
gitu, nanjak jalannya buset. 2 ato 3 jam kami tiba di lokasi, tentunya aku berjalan
berdua donk dengan Dra, herannya aku sama Husen dia malah ngikutin kita, Rose
mulai manyun karena Husen meninggalkannya, aku sama Dra yang merasa tak enak
jadinya. Akhirnya Husen jalan bertiga dengan kami, Rose bergabung dengan
temannya yang menyusul kami ( 3 0rang kalo gak salah ) ya ampun, kita menikmati
gunung yang indah pohon yang menjulang tinggi kita abadikan di ponsel. Kita
tertinggal jauh dengan Rose, saat itu Husen perhatian sekali, dia tahu kalo aku
tak pernah olahraga dan tak kuat jalan. Dra dan Husen sabar menuntunku dan
bernyanyi sekedar hinuran hingga sampai kami di air terujun, wah terbayar sudah
rasa lelah perjalan yang panjang dengan air terjun yang indah, aku gak bawa
salin, di rumah gak niat basah-basahan ini mengesankan buat aku, kampungan nya
aku baru pertama kali melihat air terjun Subhanallah indah sekali, pemandangan
dan tempat yang indah berkesan seumur hidup, aku emang kampseupay karena aku
anak rumahan gak pernah main sama teman-teman kaya gini. Aku dan Dra menjauhi
Husen dengan berphoto-photo ria bersama di batu besar dekat air tejun, melihat
wajah Rose yang kaya gitu cemberut terus aku merasa semakin gak enak, lagi-lagi
Husen datang mengahmpiri kami. Di tinggal lah lagi itu Rose, jadinya kita malah
main bertiga. Sibuk main tapi sesekali aku perhatikan Rose seperti yang kesal
sama aku, aku juga gak diem, aku terus bersama Dra biar Rose percaya kalo aku
dekatnya ma Dra, wah gagal lagi-lagi Husen gak bisa di hindari, aku dan Dra
ingin berphoto ria di batu paling gede di depan air terjun gak terlalu basah
ni, aku gak bisa naik hihihhi aku kan pendek. Eum Husen malah membantuku naik,
aku malah jadi bingung nih Husen ko terus ngikutin kita, aku nya jadi gak enak
sama Rose waktu itu. Rose memanggil Husen dengan nada kesal , aku sama Dra
lanjut aja pemotrean bak photo model hehhehe. Yah Husen Cuma bentar menghampiri
Rose balik lagi ni ma kita, udah ah dingin rasanya dah puas photo-photo dengan
pemandangan berlatarkan air terjun, aku bak ratu ketika itu hehhehe Husen dan
Dra baik banget. Ini sudah waktunya pulang, di perjalanan Rose berjalan duluan seolah
menujukan dia bete abis waktu itu, aku ngerti ko perasaanya gimana. Lagi-lagi
dan lagi, kami tidak puas dengan photo yang segitu di perjalan menuju tempat
parkir saja tiap sudut kami terus berpose hahhaha, gayanya Husen itu penuh
dengan expresi beda ama Dra tanpa ekspresi. Rasanya aku lupa kalo aku adalah
seorang pengangguran ketika itu, tarammmmmmm akhirnya kami pulang. Busyet
sampai di rumah magrib lagi hehehhe, seneng banget aku baru tau curug alias air
tejun indah nya, gak bakal lupa sama Husen dan Dra. Aku kalo nikah mau photo
disana ah buat undanganya hohooho lucu kayanya indah banget. Waktu terus
berjalan penderitaan aku dan Husen belum berakhir sebagai pengacara. Tentunya yang
banyak mengeluh ketika itu adalah aku donk Husen selalu menguatkan aku, maklum
aku emang di kenal anak manja Sili juga memberi cap itu. Padahal aku dewasa, kurang
dewasa apa coba aku ini sampai di bilang anak manja. Uh membosankan, akhirnya
kami sering pergi berdua untuk mencari pekerjaan tiap minggu nya adalah sampai
3 kali kami pergi mencari rizqi, ulalalalala gak ada panggilan bosen nih hidup,
akhirnya aku berselancar di dunia maya, mencari info kerja di mbah google, aku
kirim via email cv punyaku dan punya Husen sekalian. Wah rasanya kapan ya kita
kerja, jenuh suatu hari aku ke rumah Husen karena emang ada janji mau cari
kerja aku pake baju rapih hehehhe, ko Husen pake baju biasa, dalam hati aku tak
terima aku rapih sendirian, aku minta Husen buat pake baju rapih akhirnya dia
ganti, aku tertawa senang dalam hati aku gak terlalu malu aku punya teman yang
rapih banget hehehhe. Kaget banget ketika di salah satu perusahaan swasta kita
titipin lamaran ke satpam, pak satpam bilang “ mau apa kalian kesini?” oalah
pertanyaan nya itu loh yang bikin sesek di dada sambutan yang dingin mengaggap
kami peminta sumbangan. Aku kasihin aja lamaran kita berdua kita pergi deh
telusuri tiap sudut kota untuk cari kerja. Lelah seharian masukin lamaran, ya
ampun berakar rasanya masih nganggur juga. Suatu hari Husen ajak aku ke kota
hujan untuk cari kerja disana, masalah tidur dan makan gak khawatir karena
kakak Husen kerja di sana. Aku mau waktu itu aku setuju, aku pergi ke kota
hujan setelah 3 hari meninggalnya nenekku. Aku down , down banget nenekku tercinta meninggal, sedih rasanya,
tapi aku pergi saat itu aku harus wujudkan aku menjadi manusia sukses dan
semoga nenekku di alam sana bahagia melihat cucunya yang tidak pantang menyerah.
Namanya pengangguran mana punya ongkos, aku pinjem sama sodaraku dan akhirnya
di kasih. Pergilah aku ke kota hujan. Kita pergi bertiga dengan temannya Husen
saat itu, aku satu jok dengan Husen, Husen mendengarkan sebuah lagu “nenekku
pahlawanku” gak lupa sama lagu satu itu, nenekku baru saja meninggal dan luka
patah hatiku belum juga kunjung sembuh. Alhamdulillah sampai di kota hujan, dan
sesampainya di rumah kakaknya Husen, aku agak pemalu. Kakaknya baik sekali,
beda sama di photo yang sering aku liat di rumahnya hehheheh. Teman Husen hanya
1 hari saja pulang deh, tinggal aku dan Husen yang belum pulang. Aku melamar
diantar Husen, aku bingung kenapa Husen gak melamar pekerjaan??? Rasanya gak
enak aku melamar kerja sendiri di anter sama Husen, rasanya Husen baik banget
sampai dia bantu aku habis-habisan. Kita pulang agak sore menulusuri kota
hujan. Sampai di rumah kakaknya buset dia lagi nonton film setan, aku takut aku
gak bergabung aku masuk kamar dan istirahat sejenak. Ingat nenek rasanya sedih
dan ingin ikut mati saja waktu itu, tak lama kira-kira pukul 08.00 malam ada telpon
dari salah satu perusahaan di kota kembang. Sujud syukurku pada Allah SWT
akhirnya ada panggilan kerja. Aku sampaikan pada Husen aku ingin pulang
cepat-cepat sampai rumah mengirim berita gembira ini ke mama. Husen ikut senang
sekaligus agak sedih soalnya Husen belum ada panggilan. Aku terus bernyanyi gak
tau malu klo lagi seneng. Hmmmmm...kakaknya masuk kamar dan tidur, gak bisa
tidur aku gabung aja ama Husen nonton film action, sayang aku berisik
teriak-teriak kaget soalnya ngilu liat tonjok-tonjokan. Waktu aku teriak karena
kaget juga liat penyerangan mendadak Husen ikut kaget hahhahaha, bukan karena
film nya tapi karena teriakan aku. Parah aku orangnya emang aku kaya gini. Hari
ke 3 aku gak kuat pengen pulang, Husen menyuruh ku sabar jam 12.00 siang kita
akan pulang. Asikkkkkkkkkkkkk jam 12 aku mau pulang, kita pergi ke tempat kerja
kakaknya Husen sekedar pamit, rasanya hatiku tersentuh melihat dua saudara yang
begitu peduli sama aku. Senang rasanya bisa kenal mereka, kita duduk di bis,
tiap perjalanan mata Husen jelalatan ya ampun ada cewek kece dikit aja dia
langsung suit-suit ya ampun Husen. Di bis kota kita emang gak berhenti ngobrol,
makan makanan ringan kaya orang kelaperan. Wah hari mulai larut ni. Kita nyampe
jam 08.00 belum lagi naik angkotan umum. Hmmm angkot nya susah kita jalan kaki
ke tempat yang agak rame angkot. Husen ktika kita melintas aja aku di pegang
tanganku seperti seorang kakak pegang adiknya biar aman. Baik banget rasanya
ingin nangis kalo liat Husen dia ko baik banget sama aku. Kita nyampe di rumah
masing-masing.
Sebelum keberangkatan ke kota kembang,
Husen bilang dia ada masalah dengan Kunti (pacarnya) karena menganggap kami
selingkuh, lalu aku putuskan kita kurangi saling mengabari dan bertemu, tapi
sore itu Husen datang ke rumah dia bilang kita tidak salah, kita tidak
selingkuh. Kita adalah kita jangan sampai berbeda dan berubah, Husen
meyakinkanku bahwa hubungannya dengan Kunti akan baik-baik saja. Dia memberiku
selembar kertas yang berisikan rumus program EXCEL. Dia bantu aku meski lewat
selembar kertas, rasanya sedih dan terharu melihat kebaikan Husen. Beberapa
hari kemudian aku berangkat ke kota kembang, disana meski jauh Husen selalu
memberiku semangat dan memberi ucapa-ucapan baik saat pagi dan hendak tidur.
Sulitnya tidur di tempat orang , setiap kali mengeluh ingin pulang menangis dan
mengadu ke Husen, dia selalu menguatkanku dan menemani aku via sms ketika itu
hingga aku lelap tertidur, satu bulan penuh dia memberiku dorongan dan
semangat. Dia masih perhatian, wah satu bulan di kota kembang aku sudah di
buang ke kota udang. 2 minggu, di kota udang aku pulang, aku di jemput Husen,
ada yang beberda dari Husen dia memakai kalung dan pakaian warna putih. Seumur
hidup aku hanya melihat baju hitam aja bertuliskan Slank. Agak pangling sebulan
lebih gak ketemu. Hanya sehari di kota kelahiranku aku kembali ke kota udang.
Asik 2 minggu lagi aku akan di pindahkan lagi ke kota kelahiranku, senang
sekali, Husen menyambut baik. Giliran Husen yang waktu itu ada masalah dengan
kekasihnya bukan Rose, aku sering menyebutnya Kunti ketika itu, Husen cerita
kalo Rose adalah penyemangat hidupnya , Rose membantunya bangkit dari keterpurukan.
Aku saat itu gak bisa bantu Husen karena kesibukanku, saat itu Husen cerita di
salah satu mushola pom bensin. Setelah bercerita tentang Kunti dan Rose, Husen
mengajakku makan sop buah, malam-malam makan sop buah brrrrrrrrr dingin. Aku
sadar ketika aku kembali ke mantanku saat aku kembali ke kota kelahiranku,
Husen agak kecewa memang aku kurang komnikasi, suatu saat dia sms aku “ gini ya
kalo lagi butuh ada, klo gak gak ada. Bener kata ci Rose yang kaya gini”. Aku
bingung aku harus gimana ketika itu, aku sering komunikasi sama Husen, aku
berusaha menjadi sahabat yang baik, sekaligus menjaga hubungan yang baik dengan
pacarku. Hingga tiba saat yang aku tak sangka-sangka. Ada acara pergi ke pesta
pernikahan Kurnia teman kuliahku, pulang dari pesta nikahan itu, kami mencari
mushola untuk solat dzuhur. Aku titipkan hp ku pada pacarku. Setelah selesai
dia cemberut dan bertanya” siapa Husen?? Masa teman nanyain kamu lagi apa??
siapa dia??? Dari dulu orang ini selalu ada” aku jelaskan bahwa Husen
sahabatku, dengan baerani aku bilang di kakaku( seperti kakak) pacarku marah
gak percaya, yang penting aku sudah jelasin. Aku bingung aku gak bisa jauh dari
Husen, aku juga gak mau pacarku salah faham. Pecah rsanya kepalaku, ketika aku
bersama pacarku ponselku tak pernah aku kasih nada. Getar aja cukup, hmmm aku
bls sms Husen paling agak maleman dikit. Intensitas ketemu buat sekedar main
pun susah banget ya ampun. Hingga suatu haru Husen datang ke rumahku waktu itu
wajah dia bersih banget, gak tau mataku yang rabun. Wajahnya serasa beseri.
“kamu bersih!” dia tersenyum dia bilang aku sering main sama Rose dan di
facial. Jam 12tepat dia pulang. Dia juga menjemputku hanya untuk sekedar
cerita, kerumitan hubungannya antara Rose dan Kunti. Ternyata bukan aku saja
yang terperdaya dan kembali ke mantan, Husen pun sama aja dia kembali ke Kunti.
Tiba saatnya Husen pergi ke ibu kota (mendapatkan pekerjaan di salah satu
perusahaan BUMN), hal pertama yang amat buat aku takut kehilangan Husen,
rasanya aku tak sanggup jika hidup tanpa Husen, aku nangis aku takut dia berubah
akhirnya dia gak berubah. Aku sahabat terburuk yang pernah tercipta kita pernah
berjanji kita akan menjalin ikatan yang baik, dan mentraktir kita makan. Satu bulan
Husen datang ke kampung halaman mewujudkan keinginannya untuk makan bersama aku
dan Dra. Ini aku gagal menjadi sahabat, malam minggu hujan besar aku tak datang
ke tempat makan itu. Pertama hujan, ke 2 aku takut ada salah faham lagi. Husen
kecewa datang dari jauh aku malah tak hadir, dia datang ke rumahku. Membrikan
jus da nasi serta lauknya. Husen kecewa, hp Dra rusak kehujanan, sahabat macam
apa aku ini, egois mementingkan diri sendiri. Aku nangis aku bingung rasanya
aku salah. Aku minta maaf dan berjanji gak akan ngulang hal yang sama. Suatu hari
Husen datang lagi ke kampung halaman, aku tak sempat bertemu dan dia sms aku “
aku punya sahabat tapi kini dia telah berubah “ sedih sekali baca itu. Bukan
sekali dua kali aku gagal jadi sahabat, posisiku yang sulit. Hingga aku sadar
bersama Husen aku jalani suka dukanya hidup sementara pacarku hanya datang
untuk memanfaatkanku . sebenarnya Husen sudah peringatkan ini dari jauh-jauh
hari. Pikiranku sederhana, jika dia lulus wisuda aku hanya ingin membuktikan
dia pasti meninggalkanku. Ya benar sekali apa yang aku penasaran kan terjadi.
Woooooooooooooooow ini gila sekali, benar-benar gila. Tapi pacarku bilang “
bukan aku yang menghianatimu, aku tau siapa yang selama ini berhianat. Kamu
selalu berhunbungan dengan lelaki itu” bingung ini sebuah alasan atau memang
bagaimana?? Aku yakin ini alibi saja, tapi aku gak tau juga apa iya cemburu.
Positif thinking, gak perduli soal jodoh kali ini, pusing mikirinnya buat
apa???
Tak ada yang patut di salahkan yang salah
aku, kenapa juga mau di tipu. Tapi aku sudah di kenalkan dengan keluarga
besarnya beberapa bulan sebelum putus. Hmmmmm aku gak peduli aku anggap dia
permainkan ku (atau memang dia berikir aku ada hubungan dengan yang lain aku
gak tau, tapi bukabkah dia tahu aku gak pernah hianati dia/salah faham).
Giliran itu sekarang dirasakan Husen, Kunti ternyata cemburu sama aku, aku
sadar diri soalnya aku juga cewek. Aku ngerti banget posisi Husen, dia pernah
bilang aku sombong. Sekarang apa aku bisa bilang Husen sombong??? Tidak aku
hanya mengatakan dan menjelaskan posisi ini pernah aku alami, dan ini sulit
sekali. Aku tak bisa bilang kamu sombong karena ini memang rumit. Iya , sama
seperti teman lelaki ku , Kunti begitu cemburu sama aku. Perlahan aku menghidar
aku sudah niat dalam hati, aku tak berharap hunbungan Husen kandas seperti aku,
rasanya sakit sekali. Dia sahabat terbaikku. Husen selalu menganggap aku salah,
sombonglah, hanya butuh di saat susah lah. Padahl posisi kaya gini aku faham
sulit orang menerima dan percaya adanya sebuah persahabatan antara laki-laki
dan perempuan. Akhirnya aku kembali seperti biasa. Hingga tiba kunti memperlihatkan
rasa cemburunya kepadaku di media sosial. Husen pernah berbohong sama aku.
Sebelum kasus Kunti cemburu sama aku dia bilang Husen sudah putus lagi sama
Kunti dan gak akan kembali. Aku seperti kamu, kembali lagi bukan??? Iya jadi
siapa ya yang rapuh??? Hehhehe sebenarnya kita sama dalam masalah hati, rapuh
dan mudah tertipu. Buktinya kamu juga pernah tertipu Kunti, ini deal kita sama.
3 minggu gak ada kabar dari dia, tiba ketika aku pulang setelah mengikuti tes calon pengajar di
sekolah terkemuka dia sms aku “ jur kau masih hidup??” aku bilang “ya”. Dan dia
mebalas “ syukurlah kalo begitu jaga dirimu baik-baik jangan banyak pikiran”.
Tah kebetulan atau bagaimana. Saat itu saat sulit buat aku, pikiran ngawur,
curi-curi waktu untuk ijin dan ikut tes. Badan dalam keadaan sakit. Senang
dapat pesan seperti itu, di perjalanan setelah tes aku tak pergi ke rumah, aku
pergi ke dr. Asep. Rasanya sedih sekali ya sedih sekali. Sakit dalam keadaan
sendiri. Tepat sahabatku sms aku. Aku tak kasih kabar kalo aku sakit, aku hanya
minta doa nya saja aku lulus tes. Ini harapan baru tes ini, ya walawpun aku
ternyata gagal dalam tes ke3 uhhhhhhhhhhhh sayang banget. Dari sana kita mulai
hangat lagi komunikasi terjalin baik, kamu pulang kamu janji akan memabawa
donat. Karena kata kunci persahabatan kita adalah DONAT. Tapi ada yang aneh ketika kamu pulang ke
kampung halaman , hingga aku buka media sosial ada pesan dari Rose bahwa kamu
akan menikah mungkin dengan Kunti. Ya ampun aku terpukul, rasanya bukan senang
aneh rasanya aku nagis kenapa harus menikah??? Tar dulu jangan nikah tar aku
bagaimana??? Ini sulit sekali, aku benar-benar akan kehilangan Husen. Tapi aku
tak tanyakan hingga Husen datang menjemputku untuk membeli donat. Alangkah tak
sabar nya aku ingin liat kamu lagi, pake baju pun yang praktis asal nempel.
Husen kamu beda ketika itu nada bicaranya rendah sekali, kita beli donat lalu
pergi lagi. Husen seperti orang yang bingung. Lalu aku tanya tentang kabar itu,
dia menjawab tapi seperti tak yakin, aku jadi penasaran. Dia bilang saat itu
iya tapi bingung, dan mengajak aku untuk beli sop buah. Tapi aku bingung cari
sop buah sampai sejauh itu, aku juga heran kenapa tak berhenti ketika aku
berteriak itu sop buah di depan” malah kembali lagi dan pada akhirnya es krim
lah yang kamu beli. Sifat jail mu tak hilang, di perjalanan ketika aku usulkan
untuk solat istiharoh agar ada petunjuk, klo gak salah aku denger “ jodoh sudah
ada yang atur, klo udah istharoh ternyata jodohnya kamu bagaimana?” aku tuli
ketika itu ya aku yakinkan tak terdengar dan tak menjawab. Kamu nakal berhenti
di tempat pemakaman, aku teriak ketakutan dan kamu malah tertawa. Tempat itu
angker tau Husen. Tiba di dekat rumah kamu ceritakan semuanya, sosok kurus dengan
pandangan yang kosong sambil memakan eskrim seperti orang yang memikul beban
berat, dan kamu tak berbagi deritamu denganku. Seolah mau teriak tapi sulit,
aku penasaran ada apa denganmu. Ya keesokan harinya ketika idul fitri tiba
takbir berkumandang aku bersuyukur bisa bertemu dengan sahabat yang baik. Aku
bersyukur Allah masih menjaga hunbungan persaudaraan kita. Tak terasa aku
menangis, untuk bertegur sapa saja sulit, menjabat tangan apa lagi. Dalam
pikirku ketika kamu menikah dengan Kunti sepenuhnya hak kamu adalah milik Kunti,
ya Allah ketika itu batinku terkoyak menangis hingga larut malam, bagaimana
jika kamu benar-benar menikah?? Harusnya aku bahagia karena ini kabar baik.
Tapi aku malah menyambut dengan tangis rasanya ingin bilang tolong jangan menikah,
aku bagaimana sendiri tanpa sahabat, tak ada persahabatan setelah ini. Aku
berfikir aku harus mulai mencoba menghindari Husen. Kamu tau??? Aku takut
sekali kehilangan kamu, perhatian kamu, kasih sayang kamu, bahkan kebaikanmu.
Tapi egois rasanya jika aku tak ikut bahagia dengan kabar gembira ini,
masalahnya aku jelas tak akan di undang karena Kunti benci sekali sama aku.
Bayangkan hidup dalam perjuangan saling menguatkan dan menghibur, di hari besar
aku tah hadir. Bahkan aku tak bisa jadi sahabatmu seperti kamu sebelum menikah,
semuanya akan berbeda tak lagi sama. Sampai aku berfikir andai saja aku lelaki
aku tak mungkin kehilanganmu, karena mereka akan menerima persahabatan kita.
Salah aku perempuan ya memang, sedih rasanya dalam keadaan sendiri seperti sekarang
ini, aku akan melepas kamu Husen. Aku takut sekali, aku memintamu untuk bertemu
yang terakhir kamu menolak, karena kamu sudah menuju perjalanan ke ibu kota.
Yang aku takutkan aku kehilanganmu Husen. Tapiiiiiiiiiiiii???? Saat ini kita
ada dalam masalah yang besar sebelum kamu menikah, aku sudah kehilanganmu. Kamu
marah besar karena ulah jailku, akupun sama aku marah besar saat itu ketika
kamu gosipkan aku akan menikah dengan laki-laki beristri. Aku sudah jelaskan
kenapa sampai aku marah. Rasanya putus asa meminta maaf padamu kawan, hingga
aku tak bisa tidur menunjukkan jam 1.15 ( ini sudah menuju pagi) terpikir semua
tentang ucapanku malam itu tak sopan ya aku tak soapn terhadapmu. Ini berawal
ketika kamu tanya aku sedang apa? dan aku menjawab aku adalah seorang tante
saat ini aku sedang menggendong keponakanku yang sangat cantik. Tapi kamu malah
membuat gosip itu adalah anak aku, membuatku kesal sepertinya saat itu
membuatmu senang. Aku jelaskan ini bukan anak aku tapi anak dari kakaku. Husen
kamu malah bilang itu anak aku dari Pak Widiantoro kepala Gudang di tempatku
bekerja. Tak terima dengan pernyataannya waktu itu, masa aku punya anak dari
kakek-kekek dan kapan aku hamil serta melahirkan. Sepertinya aku tambah kesal
membuatmu semakin enak tertawa. Kamu mengatakan bahwa aku stres putus dari
pacarku hingga akhirnya nekat punya anak. Aku saat itu masih menanggapinya
dengan kepala dingin, aku bilang aja ini adalah anak kita. Anak aku dan kamu
biar kamu diem. Tapi kamu malah mengatakan hal-hal yang membuat aku tersudut. Udah
aja aku minta ijin akan bergosip di media sosial kamu akan menikah dengan Kunti
bulan ini aku percepat biar seru teman-teman pada datang sementara waktunya
adalah bulan depan. Kamu bilang silahkan, aku mulai nyebarin lewat media sosial
rasanya aku pun tertwa geli sebelum tidur, ini seru. Tapi ternyata kamu
membalasku, sebenarnya aku gak akan marah besar malam itu jika saja kamu
gosipkan akan menikah dengan Amir Khan, atau siapaun karena itu gak mungkin. Tapi
kamu gosipkan aku akan menikah dengan Pak Widiantoro. Kamu tahu kenapa aku
marah??? Karena kamu sebarkan ini lewat bbm yang langsung nyebar ke teman-teman
bio kita. Masalahnya adalah Pak Widiantoro memeliki istri yang sangat
pencemburu, dan salah satu teman bio kita adalah sodara dari rekan kerja ku di
kantor. Gimana jika ini sampai??? Gosip akan merebak langsung dan pasti akan
sampai ke telinga istrinya. Bukan aku yang hancur Husen, tapi yang Hancur rumah
tangga orang lain karena kejailan ini. Aku marah, ya jelas aku marah masalahnya
ini bisa jadi fitnah. Nanti yang hancur Pak Widiantoro. Dan aku malu di
gosipkan menikah dengan pria bersitri, saat itu akau terpancing emosi hingga
membludak belum lagi aku menjelaskan pada teman-teman jika ini kabar burung,
tapi karena ucapanku kamu marah besar, aku nyesel harusnya gak ada kata-kata
yang dapat melukaimu. jika kamu ijinkan sekali saja, sebelum kamu benar-benar
menikah tolong jangan marah padaku sebesar ini, kamu tau??? Saat ini saja aku
tak bisa tidur, apalagi jika kamu menikah nanti. Tapi masalahnya aku hanya
ingin kamu maafkan aku atas kejadian kemarin. Jika kelak aku punya anak aku
berjanji jika anakku laki-laki namamu akan ku jadikan nama untuk anakku.
Rasanya kamu marah sakit sekali, mengetahui kamu segera menikah aku benar-benar
kosong dalam kesendirian, jelas sekali kamu membenciku. Aku selalu berusaha
memaafkanmu. Tapi tak bisakah kamu maafkan aku, ini sakit sekali. Kamu jauh
disana dan marah sama aku, lalu kamu akan menikah tak ada kesempatan untuk aku
untuk menjadi sahabatmu yang baik ketika kamu katakan “ lupakan bahwa kita
pernah saling mengutkan” aku serasa gak berarti di matamu, ternyata ini maumu
sahabat, semua berakhir dengan buruk dalam tangisanku. Setiap berdoa aku selalu
berkata “ya Allah jadikanlah ia saudaraku, jangan sampai persaudaraan kami
putus”.
Jail kita bukan kali ini aja kawan, tapi
dulu aku lebih jail dari ini bahkan kamu juga selalu mebalasnya. Jika ingat
jail yang dulu selalu mengundang tawa kalo ingat. Tapi jail yang ini beda, tah
siapa yang salah. Tapi sudahlah aku yang salah,tak seharusnya aku tanggapi
dengan kepala dingin. Sahabatku apa tak bisa memaafkan saja, itu pintaku satu. Sahabatku
tak banyak pintaku hanya maaf darimu, meski setelah itu kamu akan mengahpus dan
melupakanku meski itu menyakitkan setidaknya aku sudah mendapat maaf. Aku menyesal
marah, tapi saat itu pasti kalo gak marah gosip itu akan merebak sampai ke
rekan kerjaku, saat itu aku takut sekali Husen. Sebenarnya, aku tau tapi aku
merasa ada yang aneh saat-saat ini, kamu seperti memikul berat yang luar biasa
berat, tapi aku tak tau itu. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi aku selalu
ingat wajahmu yang sedang makan eskrim dengan pandangan yang kosong dan nada
bicara yang rendah. Husen terimakasih telah menjadi sahabatku. Meski saat ini
aku tau kamu masih marah, tapi aku yakin dalam hati kecil kamu mungkin masih
ada sisa maaf buat aku. Aku gak akan lupa sama kamu, kamua adalah teman berbagi
dalam suka dan duka.
Sedih tau seperti ini
Untukmu dari aku
“kol, aku minta maaf jika selama ini aku
menjadi sahabatmu yang terburuk, kol kamu tak tahu sakitnya aku malam ini.
Malam dimana kamu masih menyimpan amarahmu. Sementara aku tau, tak banyak
waktuku bersamamu setelah ini, kamu akan menikah dan semuanya akan berbeda. Tak
bisa kah berikan maaf sedikit saja agar aku tenang. Aku memang buruk , wanita
bodoh sahabat yang paling bego selama ini, tapi sakit rasanya mengetahui akan
kehilanganmu selamanya. Tak bisakah kamu mengerti persaanku malam ini. Kol
sahabatku yang baik, kamu yang terhebat. Laki-laki penuh kasih dalam ketulusan.
Kol aku sayang selama ini dan aku nyaman selama ini. Aku sedih sekali, akhirnya
kita menuju kedewasaan dan kamu akan memiliki keluarga baru, hidup baru. Jaga
dirimu ya, semoga kamu baik-baik saja. Ingat jangan minum kopi ya, biar
sakitnya gak kambuh lagi. Semoga aku punya anak seperti kamu. Dan aku akan memberikan
namamu untuk anakku kelak. Dan cerita ini akan ku wariskan pada anak cucuku.
Bahwa persahabatan itu indah, yang Allah kasih untuk aku. Sahabatku maafkan
aku. Aku tak pernah menjadi yang terbaik. Semoga kamu dalam perlindungan Allah
SWT. LOVE U DEKOLKU”
MAAF DARI AKU SEMUA RUSAK HANYA KARENA
ULAHKU DAN ULAHMU MALAM ITU KETIKA KITA LUPA JAIL AKAN MEMUTUSKAN PERSAUDARAAN
KITA. Tapi aku disini berharap adanya kebesaran hatimu untuk memaafkan,
selamamya kamu adalah sahabatku, temani aku dan mendengar ocehanku love u
Salam manis....
mungkinkah ini akhirnya???
Kenapa tak terjalin baik seperti
persahabatan yang lain, ini rumit. Tapi aku yang salah
Kol(Husen)aku tau dalam hati kecilmu
mungkin ada maaf meski sedikit. Dengan waktu yang begitu panjang apa semudah
itu persaudaraan kita sirna dalam semalam???”
Kamu pernah mengatakan aku telah
menyia-nyiakanmu selama ini, aku pembohong sombong dan aku penjilat(hanya
karena aku suka menulis puisi romantis). Apapun yang kamu katakan padaku tak
membuatku marah sampai saat ini, karena aku mengerti dan aku tau aku tak pernah
bisa menjadi sahabat yang sempurna. Sebenarnya sahabat yang kita jalani adalah
persahabatan yang indah dan saling menguatkan. Aku tak pernah memintamu menjadi
manusia yang sempurna, seperti ketika kamu bilang “ iya aku pembohong, aku
hina, dan aku penipu, aku bla bla bla”. Dengan menyebutkan kekuranganmu aku tak
akan menghindari karena itu. Kita sahabat kita harus saling mengingatkan
menerima satu sama lain dan menuntun ke
arah yang lebih baik. Aku tak pernah minta sempurna. Karena kesempurnaan
itu adalah ketika kelebihan kita sudah saling di terima, dan kekuranganpun
sudah bisa kita terima. Dan bagaimana caranya kita saling menutupi kelemahan
masing-masing. Dan saling mengingatkan ke jalan yang lebih baik. Sahabatku Husen
setelah ini aku berharap persahabatn ini tidak berakhir seperti ini, aku tau
malam itu kesalahaku besar, tapi aku mohon apa yang aku katakan hanya karena
aku sedang emosi. Jika memang kita adalah sahabat, aku yakin kamu bisa
memaafkan aku. Dan persahabatan ini tidak akan pernah berakhir meski kondisi
kita berbeda di kemudian hari. Kesalahan yang kita buat, serta seberapa besar
kita bisa saling memaafkan adalah menguji seberapa besar kuatnya persahabatn
kita. Aku yakin dengan waktu yang panjang yang telah kita jalani persahabatan
kita akan tetap kuat, dan aku berharap kamu bisa menyambut kembali persahabatn
ini. Dan membuktikan bahwa persahabatn kita adalah kuat tak terpatahkan. Aku mengerti
saat ini kamu masih marah, kamu minta aku untuk menjauhimu. Sahabat aku tak
akan melakukan itu, justru aku akan menunggumu untuk memaafkan aku.
Jaga diri baik-baik, jangan banyak
pikiran. Semngat ya kerjanya untuk anak cucumu kelakkkkkkkkkkk J
0 komentar:
Post a Comment